MAKALAH FEATURE
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan
teknologi komunikasi telah berpengaruh terhadap peran media massa cetak. Akibat
perkembangan teknologi ini, media massa menjadi dijauhi dan menyebabkan manusia
purna aksara menjadi buta aksara lagi. Hal ini disesalkan Marshall Mc Luhan,
bahwa terdesaknya media cetak oleh media elektronik mengakibatkan tersisihnya
sastra sebagai salah satu mata rantai komunikasi antar generasi. Namun dengan
hadirnya media massa elektronik tidak menghapus keberadaan media massa cetak,
bahkan diperlukan. Namun, persaingan antara media massa cetak dan media massa
elektronik membuat media masa cetak harus memiliki sesuatu yang berbeda dari
media massa elektronik. Di sinilah feature mengambil perannya dalam persaingan
antar jenis media ini. Feature sekarang ini merupakan sesuatu yang tidak bisa
tidak harus ada dalam surat kabar. Terutama dalam menghadapi persaingan dengan
media elektronik yang juga memiliki jenis feature udara.
Menulis
features seperti halnya menulis karya nonfiksi lainnya, seperti artikel, esai,
laporan penelitian, dsb. Ia tetap ditulis dengan menggunakan data atau
referensi. Namun, ia sangat berbeda dengan hard news di surat kabar. Features
cenderung dipaparkan secara hidup sebagai pengungkapan daya kreativitas,
kadang-kadang dengan sentuhan subjektivitas si penulis terhadap peristiwa,
situasi, dsb. Oleh karena itu pada makalah ini kami akan membahas tuntas
mengenai features.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian tulisan feature?
1.2.2 Apa jenis-jenis dan ciri-ciri dari
penulisan feature?
1.2.3 Unsur-unsur apa saja yang terdapat
dalam tulisan feature?
1.2.4 Bagaimana teknik menulis feature
beserta contoh feature?
1.3 Tujuan Makalah
1.3.1 Menyebutkan pengertian feature
1.3.2 Mengetahui jenis dan ciri-ciri dari
penulisan feature
1.3.3 Menjabarkan unsur-unsur yang terdapat
dalam tulisan features
1.3.4 Mengetahui teknik penulisan features
beserta contohnya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Feature
Secara
sederhana, feature adalah cerita atau karangan khas yang berpijak pada fakta
dan data yang diperoleh melalui proses jurnalistik. Disebut cerita atau
karangan khas, karena feature bukanlah penuturan atau laporan tentang fakta
secara lurus atau lempang sebagaimana dijumpai pada berita langsung (straight
news).
Apa yang
dijelaskan Rivers dalam The Mass Media: Reporting, Writing, Editing (1967)
mungkin bisa membantu kita untuk lebih memahami apa itu feature. Rivers
menunjukkan, kita mempunyai kisah atas fakta-fakta yang telanjang, dan itu kit
sebut sebagai berita. Di samping berita kita jumpai lagi tajuk rencana, kolom,
dan tinjauan yang kita sebut artikel atau opinion pieces. Sisanya yang terdapat
dalam lembaran surat kabar, itulah yang disebut sebagai karangan khas
(feature).
Menurut pakar
yang lain, McKinney, feature adalah suatu tulisan yang berada di luar tulisan yang
bersifat berita langsung. Dalam tulisan hi pegangan utama 5W1H dapat diabaikan.
Sedangkan Wolseley dan Campbell dalam Exploring Journalism (1957) memasukkan
feature pada surat kabar ke dalam segi hiburan (entertainment). Secara gamblang
ia mengiaskan feature pada surat kabar sebagai asinan dalam sajian makanan. Ia
tidak memberikan kalori utama, tetapi ia menimbulkan selera makan dan penyedap.
Ia merupakan bagian cukup penting, sehingga surat kabar memenuhi pula fungsi
ketiga yang tidak dapat diabaikan, yakni hiburan (entertainment) di samping
fungsi memberi informasi dan pendidikan (Assegaff, 1983:55).
Jadi jelas,
feature bukanlah menu utama surat kabar, tabloid, majalah, atau media massa.
Menu utama surat kabar tetap adalah berita. Feature adalah menu penunjang surat
kabar atau media massa. Sifatnya sebagai pelengkap. Feature juga dapat
diabaikan oleh khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa media massa. Hanya,
dengan merujuk pada analogi sajian makanan pada sebuah pesta, siapa pun
pengunjung pesta tidak akan merasa afdal apabila sesudah makan berat, is tak
mencicipi menu penunjang seperti puding, aneka buahbuahan, atau ice cream.
Begitu juga dengan pembaca surat kabar. la tak akan merasa afdal apabila
setelah menyimak berita, tak sekaligus juga menikmati hidangan feature.
Feature dapat
dikatakan juga sebagai artikel yang kreatif, terkadang subyektif, yang
dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang
suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan. Feature memungkinkan reporter
‘’menciptakan’’ sebuah cerita. Meskipun masih diikat etika bahwa tulisan harus
akurat karangan tidak boleh fiktif dan bersifat khayalan, reporter bisa mencari
feature dalam pikirannya, setelah mengadakan penelitian terhadap gagasannya
itu.
2.2 Ciri-Ciri Feature
Dari sejumlah
pengertian feature yang ada dapat ditemukan beberapa ciri khas tulisan feature,
antara lain :
1. Mengandung segi human interest
Tulisan
feature memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu menggugah
emosi, menghibur, memunculkan empati dan keharuan. Dengan kata lain, sebuah
feature juga harus mengandung segi human interest atau human touch, menyentuh
rasa manusiawi. Karenanya, feature termasuk kategori soft news (berita lunak
atau ringan) yang pemahamannyalebih menggunakan emosi. Berbeda dengan hard news
(berita keras) yang isinya mengacu kepada dan pemahamannya lebih banyak
menggunakan pemikiran.
2. Mengandung unsur sastra
Satu hal
penting dalam sebuah feature adalah is harus mengandung unsur sastra. Feature
ditulis dengan cara atau gaya menulis fiksi. Karenanya, tulisan feature mirip
dengan sebuah cerpen (cerita pendek) atau novel –bacaan ringan dan menyenangkan
– namun tetap informatif dan faktual. Karenanya pula, seorang penulis feature
pada dasarnya atau pada prinsipnya adalah seorang yang bercerita.
Jadi, feature
adalah jenis berita yang sifatn ya ringan dan menghibur. Ia menjadi bagian dari
pemenuhan fungsi menghibur (entertainment) sebuah surat kabar. Seorang penulis
feature harus memiliki ketajaman dalam melihat, memandang, dan menghayati suatu
peristiwa. Ia harus mampu pula menonjolkan suatu hal yang meskipun sudah umum,
namun belum terungkap seutuhnya.
2.3 Unsur-Unsur yang Terdapat Dalam
Tulisan Features
Sebagai
sebuah cerita, feature dibangun dengan berpijak pada beberapa unsure pokok.
Dalam cerita pendek, unsure-unsur pokok itu meliputi: karakter, mood atau
suasana, tema, gaya, sudut pandang (point of view), dan setting. Menurut
kritikus sastra Jakob Sumardjo, seorang pengarang terikat pada unsure-unsur itu
meskipun ia bisa mencari variasi tersendiri. Seorang penulis bisa menekankan
pada karakter atau tema, tapi tetap ia tidak bisa melepaskan diri dari
unsur-unsur yang lain. Berikut penjelasan unsur feature yang diadaptasi dari
cerpen menurut Haris Sumadiria dalam bukunya Jurnalistik Indonesia: Menulis
Berita dan Feature (2014:183-189).
1. Tema
Tema adalah
ide sebuah cerita. Dalam feature, ide sering muncul dari berbagai peristiwa
berita yang sifatnya aktual dan faktual. Ide tidak diperoleh lewat imajinasi,
tetapi dipetik dari informasi, hasil penelusuran referensi, kerja observasi,
pilihan visitasi, dan proses konfirmasi ke suatu atau berbagai pihak yang
terkait. Wartawan sebagai penulis feature, sama sekali tak terlibat, dan memang
tidak boleh terlibat, untuk melakukan suatu tindakan apapun. Wartawan sebagai
penulis cerita hanya berhak melakukan rekonstruksi dan visualisasi atas apa
yang dilakukan tokoh cerita sesuai dengan setting peristiwa yang terjadi.
2. Sudut Pandang
Sudut pandang
(point of view) pada dasarnya adalah visi pengarang, artinya sudut pandang yang
diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Cerita feature, dengan
merujuk pada sudut pandang, umunya lebih menyukai sudut pandang orang ketiga.
Dengan sudut pandang orang ketiga, wartawan sebagai penulis feature, tahu
tantang segalanya. Ia bisa menceritakan apa saja yang ia perlukan untuk
melengkapi ceritanya sehingga mencapai efek yang diinginkan. Sebagian kecil
wartawan, menyukai sudut pandang orang pertama dengan memerankan tokoh aku.
Sudut pandang manapun yang dipilih, sesungguhnya bergantung pada selera
wartawan atau reporter, redaktur, serta sifat dan bobot materi cerita yang
ingin disampaikan kepada khalayak.
3. Plot
Plot bukan
jalan cerita. Dengan mengikuti jalan cerita kita dapat menemukan plotnya.
Sesuatu yang menggerakan cerita adalah plot, yaitu segi rohaniah dari kejadian.
Plot sering dikupas menjadi lima elemen: pengenalan, timbulnya konflik, konflik
memuncak, klimaks, dan pemecahan soal (Sumardjo, 2004:15-16). Feature yang baik
harus memiliki plot. Feature tidak mewajibkan pemunculan dan penajaman konflik
dalam rangkaian adegan cerita. Feature mengangkat suatu situasi, keadaan, atau
aspek kehidupan yang sifatnya faktual objektif. Tidak semua aspek kehidupan
yang diangkat dalam cerita feature mangandung unsur konflik. Jadi, hanya pada
peristiwa tertentu saja unsur konflik dan klimaks itu diperlukan atau
dihadirkan.
4. Karakter
Suatu cerita
feature disebut baik, apabila karakter tokohnya dilukiskan dengan jelas, tegas,
ringkas, dan spesifik. Setiap punya karakter atau kepribadian masing-masing,
yang sekaligus membedakan dirinya dengan orang lain. Tokohlah yang menentukan
segala-galanya dalam cerita. Pengarang tidak perlu pegang kemudi. Ia hanya
membiarkan saja tokoh-tokoh cerita yang dipilihnya itu hidup dan bergerak
sendiri menurut wataknya masing-masing, dan menciptakan situasi, membuat
masalah, menimbulkan ketegangan, mencetuskan klimaks, dan akhirnya menutup
cerita (Lajos Egri dalam Dipenogoro, 2003:51).
5. Gaya
Gaya adalah
cara khas pengungkapan seseorang. Cara bagaimana seorang pengarang memilih
tema, persoalan, meninjau persoalan dan menceritakannya sebagai sebuah cerpen.
Sebagai cerita, feature ditulis oleh wartawan atau reporter dengan gaya
masing-masing. Ada wartawan yang sangat mengagumi gaya Putu Wijaya, ada yang
sangat menyukai gaya Ahmad Tohari, dll. Berbeda dengan berita yang gaya
penulisannya sama karena mengacu pada teknik melaporkan, pola piramida
terbalik, dan rumus 5W1H.
6. Suasana
Suasana dalam
cerita pendek membantu menegaskan maksud. Di samping itu suasana juga merupakan
daya pesona sebuah cerita. Sama halnya dengan feature, tidak ada cerita feature
tanpa suasana. Karena suasana itulah yang bisa menghidupkan cerita feature
sehingga memikat pembaca, enak dibaca, berjiwa, dan sanggup melantunkan
pesan-pesan moral tertentu yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Menulis
feature adalah melukis suasana peristiwa. Dari suasan itulah kemudian timbul
imajinasi dan fantasi pembaca, pendengar atau pemirsa.
7. Lokasi Peristiwa
Setting tidak hanya menunjukkan tempat kejadian dan
kapan terjadinya, tetapi berkaitan juga dengan karakter, tema, suasana cerita.
Feature juga harus mengandung unsur ini. Dalam feature, unsur tempat/setting,
tidak sekadar sebagai keterangan pelengkap sebagaimana dijumpai pada berita
langsung. Dalam feature, setting justru memainkan peran yang amat menetukan
jalannya cerita. Setting bencana alam seperti gempa dan gelombang tsunami di
Aceh dan Sumut pada 26 Desember 2004, dengan korban tewas lebih dari 100 ribu
jiwa, misalnya, memunculkan aroma tragedy kemanusiaan yang luar biasa.
2.3.1
Sifat-Sifat Feature
Feature
merupakan berita yang berfungsi sama dengan berita umumnya, tetapi dengan gaya
bahasanya yang terkesan seperti seni itu adalah ciri khas dari feature. Target
yang ingin dicapainya adalah perasaan pembaca bukan rasio, seperti sasaran
berita umumnya.
Ada beberapa
sifat feature menurut Tempo (1979:6-8) yaitu:
1. Kreatif (adanya unsur kreativitas); Feature
membutuhkan kreativitas penulisnya, dalam mencari objek tulisan yang khas, yang
kadang-kadang merupakan peristiwa biasa, namun belum pernah atau jarang
terungkap. Dalam penyusunan feature, penulis tidak terlalu terikat pada tekhnik
penyajian tertentu. Penyajian feature dapat berbeda-beda tergantung pada
kekhasan penulisnya. Kreativitas penulis sangat dituntut untuk menuturkan
informasi yang diperolehnya. Penyajian permasalahan dikembangkan dengan
kreativitas penulisnya. Kadang ada pakar yang menyebut feature lebih mendekati
sastra. Persamaan ini dilihat dari sudut pandang tekhnik penyajiannya yang
membolehkan pemanfaatan kreativitas. Kesamaan feature dengan sastra bukanlah
dari sudut data dan fakta. Dalam feature tetap dimuat data dan fakta yang benar
dan akurat.
2. Variatif (adanya unsur menghibur); Sebuah
feature ditulis dengan gaya penulisan yang variatif dengan mampu membangkitkan
imajinasi pembacanya. Diksi atau pilihan kata, komposisi atau rangkaian
kata-kata, kalimat dan paragrafnya, dari fakta-fakta yang diperoleh ditulis
tidak monoton, hidup dan variatif. Feature disusun dengan penyajian yang bisa
membuat pembaca mengendorkan syaraf-syaraf yang tegang karena terlalu sibuk
bekerja. Karena disajikan dengan gaya santai, feature diharapkan dapat
menghibur pembaca. Feature adalah bentuk komunikasi yang santai. Feature banyak
ditemukan dalam surat kabar mingguan. Sajiannya yang menghibur dapat membantu
pembaca untuk menyegaran kembali pemikirannya. Surat kabar mingguan tidak tepat
kalau isinya banyak berbentul berita langsung.
3. Subyektif (adanya unsur subjektivitas);
Feature bersifat subyektif. Yakni sangat tergantung sudut pandang, wawasan,
intelektual, ketrampilan, dan karakter penulisnya. Dalam menyusun feature,
penulis dibolehkan memasukkan unsur subjektivitas. Ini dimaksudkan agar feature
bisa lebih menarik dan tersaji dengan lancar. Wartawan boleh memasukkan
perasaan atau emosional sebatas untuk memudahkan penyajian, pikiran, dan
oemahaman terhadap permasalahan dalam feature. Subjektivitas pada feature hanya
sebatas untuk memudahkan penyajian, tidak untuk pengolahan data-data. Data-data
yang subjektif hanya terdapat dalam sastra. Inilah yang membedakan feature
dengan sastra.
4. Informatif; Feature membantu pembaca dengan
memperjelas suatu keadaan untuk merasakan gambaran dari suaru kejadian, atau
mempengaruhinya bertindak atau percaya. Nilai informatif feature berbeda dengan
berita langsung yang benar-benar menyajikan informasi. Informasi dalam feature
lebih mendalam dan lengkap. Feature disusun dan ditujukan untuk mengemukakan
informasi-informasi penting dan bermanfaat bagi pembaca. Feature memuat
ibnformasi-informasi yang mungkin diabaikan dalam penulisan berita langsung.
Banyak persoalan yang tidak layak menjadi berita atau reportase, namun perlu
dan bermanfaat untuk diketahui masyarakat. Yang cocok untuk mengungkapkan hal
ini adalah dengan melalui feature.
2.3.2 Jenis-Jenis Feature
1. Feature Berita : tulisan feature yang
lebih banyak mengandung unsur berita, berhubungan dengan peristiwa aktual yang
menarik perhatian khalayak.
2. Feature Artikel : tulisan feature yang
lebih cenderung ke dalam sastra. Biasanya dikembangkan dari sebuah berita yang
tidak actual lagi atau berkurang aktualitasnya. Misalnya, tulisan mengenai
keadaan atau suatu kejadian, seseorang, suatu hal, suatu pemikiran, tentang
ilmu pengetahuan.dan lain-lain yang dikemukakan sebagai laporan (informasi)
yang dikemas secara ringan dan menghibur.
Berdasarkan
tipenya, maka feature dapat dibedakan menjadi:
1. Feature Human Interest (langsung sentuh
keharuan, kegembiraan, kejengkelan atau kebencian, simpati dan sebagainya).
Misalnya, cerita tentang penjaga mayat di rumah sakit, liku-liku kehidupan
seorang guru di daerah terpencil, atau kisah seorang penjahat yang dapat
menimbulkan kejengkelan.
2. Feature pribadi-pribadi menarik atau
feature biografi. Misalnya riwayat hidup seorang tokoh yang m,eninggal, tentang
seorang yang berprestasi, atau seseorang yang meiliki keunikan sehingga
bernilai berita tinggi.
3. Feature Perjalanan. Misalnya, kunjungan
ke tempat bersejarah di dalam atau di luar negeri, atau ke tempat yang jarang
di kunjungi orang. Dalam feature jenis ini, biasanya unsure subjektivitas
menonjol, karena biasanya penulisnya yang terlibat langsung dalam pweristiwa/
perjalanan itu mempergunakan “Aku”, “saya”, atau “kami” (sudut pandang- point
of view-orang pertama).
4. Feature Sejarah, yaitu tulisan tentang
peristiwa masa lalu, misalnya peristiwa proklamasi kemerdekaan, atau peristiwa
keagamaan dengan memunculkan “tafsir baru” sehinggga tetap terasa aktual untuk
masa kini.
5. Feature Petunjuk Praktis (Tips), artikel,
Guidance Feature, atau mengajarkan keahlian- how to do it. Misalnya tentang
memasak, merangkai bunga, membangu rumah, dan sebagainya.
2.3.3 Struktur Feature
Struktur
tulisan feature umumnya disusun seperti kerucut terbalik, yang terdiri dari:
1. Judul (head)
2. Teras (Lead). Lead, intro atau teras
feature, berisi hal terpenting untuk menarikl perhatian pembaca pada suatu hal
yang akan dijadikan sudut pandang dimualinya penulisan
3. Bridge atau jembatan antara lead dan body
4. Tubuh tulisan (Body)
5. Penutup (ending) yang biasanya mengacu
kepada lead, menimbulkan kenangan atau kengerian, menyimpulkan yang telah
diceritaakan atau mengajukan pertanyaan tanpa jawaban.
2.4 Teknik Penulisan Feature
Setelah
reporter mengumpulkan informasi berita, maka selanjutnya adalah proses
penulisan dan penyusunan berita. Reporter harus menulis teras berita yang
pendek tetapi menarik bagi pembaca sehingga mereka tidak cepat-cepat beralih ke
berita lain.
Teras dari
tulisan feature bukan ringkasan isi berita. Teras feature sering kali berisi
contoh, kisah ringan atau pernyataan yang membuka nuansa berita. Teras berita
yang unik, mencolok dan menarik dapat diaplikasikan saat menulis tulisan
feature. Ketika reporter telah menyelesaikan wawancara dan observasi, dia harus
memilih teras berita berdasarkan pertimbangan:
Ø Bagian apa yang paling berpengaruh?
Ø Kisah apa yang ingin disampaikan?
Ø Apa yang membuat tulisan feature dapat
dikatakan “kisah ini benar-benar menarik”?
Biasanya, feature punya paragraf utama atau paragraf
fokus sesudah teras berita. Paragraf inti atau fokus ini mengaitkan teras
berita ke dalam fokus berita. Paragraf inti membantu pembaca memahami point
utama berita dan memberi alasan bagi pembaca mengapa ia harus membaca berita
tersebut. Paragraf utama akan memuat isi berita terkini jika berita feature ini
dikaitkan dengan suatu kejadian. Mislnya, feature tentang keamanan berkendara
memuat berita tentang kecelakaan di dalam paragraf inti.
Berita
feature dapat ditata dalam bentuk apa saja dan bisa di tulis dengan panjang.
Penulis sering menggunakan alat fiksi seperti ketegangan, kejutan, dialog,
deskripsi, narasi dan klimaks dalam menegmbangkan isi berita feature jika
dimungkinkan dan tepat.
Tujuan
utamanya adalah membuat berita terus mengalir dan menarik pembaca tanpa henti.
Susunlah berita sedemikian rupa sehingga pembaca dapat membaca dengan urutan
logis. Penataan susunan akan bervariasi bergantung pada tipe beritanya. berita
feature dapat ditulis secara kronologis. Atau bisa juga dengan teknik flashback
seperti dalam film. Jika penulis menggunakan elemen kejutan dan ketegangan,
maka pikatlah perhatian pembaca dengan sedikit informasi sembari tetap
mempertahankan ketertarikan pembaca. Ini adalah tugas yang amat sulit. Penulis
feature harus menyusun outline struktur beritanya sebelum mereka menulis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Feature dapat
dikatakan juga sebagai artikel yang kreatif, terkadang subyektif, yang
dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang
suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan. Feature memungkinkan reporter
‘’menciptakan’’ sebuah cerita. Meskipun masih diikat etika bahwa tulisan harus
akurat karangan tidak boleh fiktif dan bersifat khayalan, reporter bisa mencari
feature dalam pikirannya, setelah mengadakan penelitian terhadap gagasannya
itu.
Feature
merupakan berita yang berfungsi sama dengan berita umumnya, tetapi dengan gaya
bahasanya yang terkesan seperti seni itu adalah ciri khas dari feature. Target
yang ingin dicapainya adalah perasaan pembaca bukan rasio, seperti sasaran
berita umumnya.
Adapun
jenis-jenis feature, di antaranya: Feature Berita, Feature Artikel. Sedangkan
berdasarkan tipenya, maka feature dapat dibedakan menjadi: Feature Human
Interest (langsung sentuh keharuan, kegembiraan, kejengkelan atau kebencian,
simpati dan sebagainya), Feature pribadi-pribadi menarik atau feature biografi,
Feature Perjalanan, Feature Sejarah, yaitu tulisan tentang peristiwa masa lalu, Feature Petunjuk Praktis (Tips).
Struktur
tulisan feature umumnya disusun seperti kerucut terbalik, yang terdiri dari: a)
Judul (head), b) Teras (Lead). Lead, intro atau teras feature, c) Bridge atau jembatan antara lead dan body,
d)Tubuh tulisan (Body), e) Penutup (ending).
Teknik
Penulisan Feature terlebih dahulu reporter mengumpulkan informasi berita
kemudian proses penulisan dan penyusunan berita. Dalam penulisan berita
reporter harus menulis teras berita yang menarik, setelah itu, biasanya feature
punya paragraf utama atau paragraf fokus sesudah teras berita. Paragraf inti
atau fokus ini mengaitkan teras berita ke dalam fokus berita. Susunlah berita
sedemikian rupa sehingga pembaca dapat membaca dengan urutan logis.
3.2 Saran
Menulis
feature sama halnya menulis karya nonfiksi lain, namun feature ditulis dalam
bentuk suatu informasi yang mengandung sisi human interest . Ada baiknya bagi
yang ingin menulis feature harus memerhatikan terlebih dahulu teknik-teknik
penulisannya agar mempermudah dalam menulis feature.
DAFTAR PUSTAKA
Sumadiria, AS
Haris. 2014. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Comments
Post a Comment